Jumat, 18 November 2011

Uniqueness Of The BENA Village | FLORES Indonesia

Visit Indonesia
 
In the Bena village there are 45 units of houses, inhabited by nine tribes: Ngada Tribe, Dizi Tribe, Dizi Azi Tribe, Wahto Tribe, Ago Tribe, Deru Lalulewa Tribe, Deru Solamae Tribe, and Khopa Tribe. To distinguish between one tribe to another tribe, separated by nine-level elevation of land in this village and the stone grave which limits each tribe.

Di kampung Bena terdapat 45 unit rumah, yang didiami oleh sembilan suku: Suku Ngada, Suku Dizi, Suku Dizi Azi, Suku Wahto, Suku Ago, Suku Deru Lalulewa, Suku Deru Solamae, dan Suku Khopa. Untuk membedakan antara satu suku dengan suku lainnya, dipisahkan berdasarkan sembilan tingkat ketinggian tanah di kampung ini dan kuburan batu yang menjadi batas tiap-tiap suku.

Traditional house only consisted of three types of materials: fibers, Bamboo and Wood. Nuclear family called him home Sakalobo. This is marked by a statue of a man holding a machete and spear on the house. While the nuclear family home she called Sakapu'u. At the front of the houses looked buffalo horns, pig jaws and fangs, this is a symbol of social status. Number of horns or pig jaws hanging in the front of the house is the number of animals donated by the relatives at home was established. At the time comes the owner will return home with similar animals to the contributor.

Rumah adat hanya terdiri dari 3 jenis bahan: Ijuk, Bambu dan Kayu. Rumah keluarga inti pria disebut sakalobo. Ini ditandai dengan patung pria memegang parang dan lembing di atas rumah. Sementara rumah keluarga inti wanita disebut sakapu’u. Di bagian depan rumah-rumah tersebut tampak tanduk kerbau, rahang dan taring babi, ini merupakan lambang status sosial. Jumlah tanduk atau rahang babi yang tergantung di bagian muka rumah adalah jumlah hewan hasil sumbangan para kerabat saat rumah didirikan. Pada saatnya tiba si empunya rumah akan mengembalikan dengan hewan sejenis kepada si penyumbang.


Bena village will be very crowded when December came, even Bena society that exists outside of Flores will be going home to celebrate Christmas and new year. They will feast on the ground in the middle of the village. This habit may be in the trigger by the BHAGA, timber mounted on the roof of the house as a reminder to the younger generation Bena to any extent they go, they must remember to return to hometown.
 
Kampung Bena akan menjadi sangat ramai saat bulan Desember tiba, bahkan masyarakat Bena yang ada di luar Flores akan mudik untuk merayakan natal dan tahun baru. Mereka akan berpesta di lapangan di tengah kampung. Kebiasaan ini mungkin di picu oleh adanya BHAGA, kayu yang dipasang di atap rumah sebagai pengingat bagi generasi muda Bena agar sejauh apapun mereka pergi, mereka harus ingat untuk pulang ke kampung halaman.

 Traditional House Of One Of Tribes In Flores Island

Tidak ada komentar:

Posting Komentar